Hidayah Itu Dijemput, Bukanlah Ditunggu (Juara 1 Lomba Esai)

Oleh : Brian Shabrina (X-9)
Dulu aku terbilang murid yang ‘gaul’. Yaa, tapi maksud gaul disini bukan gaul yang bandel, bukan. Jadi dulu aku masuk kedalam salah satu geng disekolahku. Dan geng itu memang terbilang terkenal disekolahku. Didalam geng itu terdiri dari 15 orang. Dan tidak ada satu orangpun yang berjilbab.
Banyak kegiatan-kegiatan yang kami lakukan bersama, kami nonton film dibioskop bersama,  kami tertawa bersama, kami menangis bersama, kami ada satu sama lain. Jika ada yang mempunyai masalah, jika kami bisa membantu, kami membantunya. Kami ke mall bareng. kamipun juga sering kerumah salahsatu orang dari kami dan disana kami hanya curhat-curhatan tentang masalahnya atau tentang sesuatu yang menggembirakan.
Karena disekolahku setiap hari jumat diwajibkan memakai kerudung. Aku dan teman-teman gengku biasanya memakai kerudung yang langsung pakai, setelah pulang sekolah, aku dan teman-temanku melepas kerudungku lalu pergi ke mall, restaurant atau kerumah temanku. Tapi suatu hari, aku ingin mencoba kerudung yang seringkali ibuku memakainya, kerudung segiempat. Akupun kesekolah dengan mengenakan kerudung segiempat yang dipakaikan oleh kakaku. Banyak sekali komentar-komentar dari teman-temanku, ada yang bilang “kamu lebih cantik pakai kerudung itu”, ada juga yang bilang “eh ada ibu haji” akupun hanya tersenyum menanggapi komentar-komentar itu. Dan teman-teman segengku berkomentar “kamu itu kurus, kalau kamu memakai kerudung itu, kamu akan terlihat lebih kurus”, akupun hanya terdiam.
Minggu-minggu berikutnya aku tidak mengenakan kerudung itu lagi, karena aku merasa malu.  Aku melewati hari demi hari, hingga suatu hari, guru-guru diSMPku mengetahui adanya gengku disekolah, mereka kira kami rasis dan tidak bisa berbaur dengan yang lain. Guru-guru yang kurang suka dengan adanya geng disekolah langsung memnggil kami dan menasihati kami. Sampai pernah memarahi kami dipan kelas, aku sangat malu, nilai-nilai kamipun mulai turun, aku kecewa, malu dan sangat kesal. Hingga akhirnya kamipun bubar karena persahabatan kamipun juga mulai memburuk.
Akhirnya angkatan kamipun lulus dari SMP, akupun mendaftarkan diri untuk melanjutkan sekolah ke SMAN 1 Bogor, aku terus belajar, berusaha dan berdoa epada Allah SWT agar aku bisa diterima diSMAN 1 Bogor. Akhirnya hari pengumuman yang lolos ke smansapun tiba, aku sangat cemas menunggu hasil, aku berdoa kepada Allah, dan Alhamdulillah aku diterima disekolah yang terfavorit di Bogor ini. Karena perjuanganku beberapa bulan yang lalu tidak sia-sia.
Akhirnya pada tanggal 9 Juli 2010, hari pertama kali kami (murid baru smansa) dikumpulkan dismansa. Ini adalah hari pertamaku mengenal teman-teman baruku dan ternyata aku masuk kelas X-9. Disana kami diajarkan menyanyi mars smansa dan hymne smansa dan mengikuti acara pra-salam, yaitu acara yang memperkenalkan kami tentang mentoring. Akhirnya saat dibubarkan, kami menuju salah satu teman baruku, yang jujur kami belum sangat mengenalnya, disana kami membicarakan untuk hari esok MOS, dan aku melihat wajah-wajah teman baruku, dan aku baru sadar akan satu hal ‘hey, 75% perempuan dari mereka memakai jilbab!’ aku sangat kaget, entah mengapa aku merasa sangat malu. Tapi maluku luntur saat aku melihat 25% lainnya yang belum memakai jilbab.
MOS 2010 pun selesai yang berakhir dengan sangat mengharukan dan  akhirnya hari pertama mentoring pun tiba. Aku melihat sesosok wanita yang begitu anggun dan sangat berwibawa mengenakan kerudung panjangnya itu, aku sangat kagum dengan wanita itu. Ya, Ia adalah mentorku. Akhirnya aku pun berniat mengenakan jilbabku saat kelas XI.
Hingga suatu hari aku berada disuatu tempat bersama seseosok wanita cantik yang mengenakan jibab panjangnya yang membuat ia terlihat lebih anggun. Aku berbincang-bincang banyak dengannya, aku menceritakan tentang masalahku dan ia memberikan solusi kepadaku. Hingga ada sebuah kalimat yang ia lontarkan yang membuat jantungku berdetak lebih kencang. Ia berkata “sebenarnya, hidayah itu dijemput, bukan ditunggu, dik”.
Akhirnya malamnya akupun tidur setelah selesai shalat isya. Dan jam 3 aku terbangun, padahal tidak ada alarm. Entah mengapa rasa kantuku langsung hilang, ingin tidur kembali, tapi tidak bisa. Akhirnya aku memutuskan untuk shalat tahajud. Aku mengambil air wudhu dan shalat. Setelah selesai shalat, langsung terlintas difikiranku tentang kalimat itu, kalimat yang membuat jantungku bedegup kencang, ya kalimat yang menyatakan bahwa, hidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Entahlah, aku merasa sangat bingung saat itu, tanpa terasa air mataku mulai mengalir, aku berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk, hingga terlintas pertanyaan itu ‘pantaskah aku mengenakan jilbab itu ya, Allah?’ . Air mataku mengalir semakin deras. ‘inikah hidayah dari-Mu ya Allah?’. Akhirnya, InsyaAllah aku mantap untuk mengenakan jilbab itu. ‘ya Allah, aku ingin memulai semuanya, InsyaAllah, mulai hari ini, aku akan memakai jilbab. Aku ingin lebih dkat dengan-Mu ya Allah. Tolong kuatkan imanku ya Allah, Aamiin’.
Akhirnya adzan subuh mulai berkumandang, akupun mendirikan shalat subuh setelah adzan itu selesai. Aku juga memakai jilbabku dan seragam panjangku kesekolah. Alhamdulillah banyak komentar-komentar positif dari teman-temanku. Dan sekarang aku sadar bahwa, jilbabku adalah identitas islamku.
Sumber : mentoringkeren.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun Peradaban Melelui Mentoring

Orang Asing (Al-Ghurabaa) Dan Nasionalisme

Superheroines (Juara 3 Lomba Esai)