Biola Emas (Juara 2 Lomba Esai)

Oleh : Ayu Ginarani (XI IPA 1)
Sejak kelas lima sekolah dasar, aku telah membuat perjanjian dengan rambut hitamku. Tidak akan lagi ada yang dapat melihatmu, wahai mahkota perhiasanku. Tidak akan kutampakkan sehelai pun, kecuali pada yang bermuhrim denganku. Begitu juga dengan aurat tubuhku, kututup rapat, jangan sampai ada yang melihat. Biarlah engkau menjadi rahasiaku yang berharga, yang tidak pernah dicicipi keindahannya oleh semesta. Karena kami, para muslimah, diperintahkan olehNya: “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).
Bagiku, muslimah yang tidak menutup auratnya bagaikan biola emas yang tidak dimusiumkan. Biola itu indah, magnet bagi semesta, namun tidak terjaga dalam perlindungan kotak kaca musium seperti layaknya barang langka yang berharga. Seperti seorang muslimah, ciptaanNya yang dikaruniai kemuliaan, keanggunan, dan kecantikan, tetapi rentan terhadap kejahatan makhluk-makhlukNya.
Apalah artinya nilai sebuah biola emas jika semua orang dapat “memiliki”nya secara cuma-cuma? Biola itu dipamerkan begitu saja. Siapapun boleh melihat lekukan-lekukan dan tekstur badannya sepuas-puasnya, bahkan menyentuh fisik mengkilap 24 karatnya, serta memainkannya untuk mendengar keindahan suaranya. Tiada batasan dan larangan. Biola emas itu terbuka untuk siapa saja. Tidakkah pada akhirnya, biola emas yang tadinya berharga itu dianggap barang biasa?
Begitu pula dengan seorang muslimah yang tidak menutup auratnya. Sungguh disayangkan saudariku, keindahan rupamu yang seharusnya menjadi kehormatanmu, kebanggaanmu, rahasiamu, dan persembahanmu yang hanya ditujukan kepada suamimu kelak, dinikmati dengan gratis oleh semesta. Mengapa kau biarkan mata-mata jahil itu menelusuri tiap sudut wajahmu dan tubuhmu. Mengapa pula kau biarkan kulit halusmu bersentuhan baik sengaja atau tidak sengaja dengan mereka-mereka yang bukan muhrimmu.
Sesungguhnya engkau itu berharga, saudariku. Engkau cantik. Tanpa perlu kau tunjukkan pun engkau tetap cantik. Maka, rahasiakanlah kecantikan rupamu dan  tunjukkanlah kecantikan hatimu. Supaya engkau terjaga. Supaya engkau tetap berharga. Supaya engkau tetap mulia. Jagalah karunia yang telah Allah berikan. Persembahkanlah kecantikanmu hanya kepada dia yang telah Allah siapkan. Dia yang mencintaimu karena hatimu, bukan karena rupamu. Dia yang mencintaimu karena kemuliaanmu. Dia yang mencintaimu karena keberhasilanmu menjaga kemuliaanmu. Dia yang mencintaimu karenaNya. Cinta yang bening, suci, murni, hanya karenaNya.
Maka kenakanlah jilbab dan bertaqwalah, wahai saudariku. Gunakanlah busana muslimah sejati, yang menjadi pelindungmu dari apa-apa yang menurunkan harga dan kemuliaanmu. Yang melindungimu dari tatapan jahanam. Yang melindungimu dari kemaksiatan. Yang menjadi identitasmu dan memotivasimu untuk menjadi hambaNya yang setia. Karena sesungguhnya pesona jilbab itu nyata.
Biola emas
Dalam peti emas
Terlindungi, tak dibiarkan bebas
Takkan ada yang menyentuhnya
Takkan ada yang merusaknya
Hadiah untuk yang terpilih olehNya
Seseorang yang juga mulia, seperti hadiahnya
Sebagai karunia dan tanda keadilanNya
Maka dari itu, wahai saudariku
Hiasilah hari-harimu dengan amal saleh
Sucikanlah qalbu dan pikiranmu dengan dzikir dan sholawat
Tunjukkanlah apa-apa yang seharusnya tampak
Dan sembunyikanlah apa-apa yang tidak seharusnya tampak
Jaga lisanmu dan  terseyumlah
Karena sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalehah

Sumber : mentoringkeren.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Superheroines (Juara 3 Lomba Esai)

Membangun Peradaban Melelui Mentoring

Orang Asing (Al-Ghurabaa) Dan Nasionalisme